Biografi KH. Yahya Cholil Staquf

48

rangka melanjutkan jalan yang sudah dirintis oleh Gus

Dur. Gus Dur berhasil membuat sebuah kebutuhan bagi

dunia internasional akan representasi Islam di Indonesia

atau lebih spefisik NU.

Aktivisme Gus Dur dalam NU dimulai pada awal

dekade 1980an. Sebelumnya, Gus Dur lebih dikenal sebagai

intelektual publik dan sepertinya ia lebih menikmati dunia

tersebut. Namun, latar belakangnya sebagai keturunan

biologis dari pendiri NU, tuntutan terhadap peran

pentingnya baik secara kultural maupun secara struktural

organisasi seperti tak terhindarkan. Benar saja, ia diminta

berkali-kali untuk masuk dalam struktur PBNU dan baru

mengabulkan permintaan tersebut pada

permintaan

ketiga setelah yang meminta langsung adalah kakeknya

sendiri KH. Bisri Syansuri. Hal ini berkonsekuensi pada

bergesernya Gus Dur dari Jombang ke Jakarta secara

permanen. Dari sinilah kisah gerakan reformisnya dimulai.

Pada awalnya Gus Dur melihat PPP masih relevan seperti

halnya keluarga Gus Yahya yang bagian dari PPP. Bahkan

ia sendiri pernah terlibat dalam kepengurusan di tingkat

lokal. Gus Dur pun terlibat dalam kampanye untuk partai

berlambang Ka’bah tersebut menjelang Pemilu 1982.

Namun, Gus Dur jugalah yang kelak ikut melakukan

evaluasi terhadap keterlibatan NU dalam partai tersebut

(Barton, 2007).

Kebutuhan

akan

reformasi

berangkat

dari

keprihatinan atas adanya stagnasi dalam tubuh NU. Saat itu

PBNU dipimpin oleh KH. Idham Chalid yang juga dikenal

sebagai politisi ulung PPP. Kiai Idham berperan penting

menakhodai NU dalam masa transisi dari Orde Lama ke

Orde Baru. Setahun kemudian, pada 1993, Suharto terpilih

kembali untuk yang keempat kalinya sebagai Presiden RI.